Senin, 02 April 2012

Seni Drama

A. Pengertian Seni Drama

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan diatas pentas. Melihat drama, penonton-penonton seolah melihat kejadian-kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka maupun duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. (Prof. Dr. Herman J. Waluyo 1)

Perkataan drama berasal dari bahasa yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Yang dimaksud teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur. (Janvan Luxemburgh, dkk 158)

Drama adalah karya sastra yang menggambarkan aktivitas kehidupan manusia yang dalam penceritaannya menekankan dialog, laku dan gerak. Meski drama adalah karya sastra yang bisa dibaca dan dianalisa secara tekstual karena menggunakan medium bahasa dalam penciptaannya, namun drama pada dasarnya ditulis untuk dipentaskan di atas panggung (stage). Oleh karena itu, dalam teks drama, selain terdapat unsur dialog sebagai penanda alur cerita, pembaca juga akan menemukan gambaran ekspresi dan laku (Stage direction) yang ditulis pengarang untuk memberikan gambaran kepada para pembaca, calon aktor, dan juga sutradara tentang tingkah laku, ekspresi, gerak dan juga mimik tokoh-tokoh dalam drama.



B. Pembelajaran Drama

Pembelajaran darama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam yaitu : pembelajaran teori drama, atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-masing juga terdiri atas dua jenis, yaitu; pembelajaran teori tentang teks naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Dalam apresiasi yang itu naskah maupun pementasan tampaknya kedua hal ini penting, hanya saja tekanannya harus pada aspek apresiasi. Jika teori termasuk dalam kawasan kognitif, maka apresiasi menitikberatkan kawasan afektif.

Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan sekolah. Perihal meteri ini ada berbagai pendapat materi teori drama dan materi apresiasi drama. Materi teori drama berupa buku pegangan teoretis tentang apa dan bagaimana serta untuk apanya drama , semakin tinggi jenjang pendidikan tentulah semakin mendalam. Satu langkah yang bisa ditempuh agar siswa meningkat daya apresiasinya adalah meningkatkan kemampuan membaca karya sastra dalam tugas-tugas di rumah. (Suroso : 152)

Hal ini disebabkan membaca sastra tidak mungkin dilakukan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas formal. Apalagi mainimnya alokasi waktu yang tersedia untuk pengajaran sastra. Selain itu, perlu dipompakan semangat kepada siswa untuk senantiasa menonton seni pertunjukan serta mengamati berbagai peristiwa sosial budaya. Siswa akan memiliki pengetahuan luas masalah kehidupan pada umumnya dan dan budaya seni, sastra, dan drama.

Drama juga berperan sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan Bahasa. Waktu menonton suatu drama sering terjadi penonton dapat memahami jalan cerita sungguhpun ada kata-kata atau kalimat yang kurang dipahaminya. Ini dimungkinkan karena pembicaraan dalam dialog satu drama diikuti oleh mimik dan gerak-gerik serta intonasi yang jelas oleh pelaku yang memainkan perannya yang baik. Melalui drama, selain dapat mempelajari dan menikmati isinya, orang juga dapat memahami masalah yang disodorkan didalamnya tentang masyarakat. Melalui dialog-dialog pelaku dan murid sekaligus belajar tentang isi drama tersebut dan juga mempertinggi pengertian mereka tentang bahasa lisan. Membaca naskah drama dapat memperkaya kemampuan pembaca dengan memahami jalan cerita, tema, problematika dalam drama tersebut. Jika pembaca memang diarahkan untuk itu.

Pengajaran drama sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti melatih ketrampilan :

a. Membaca (Teks Drama)

Teks drama adalah wacana dialog yang berbeda-beda dengan teks prosa. Wacana dialog lebih sulit dibaca atau dipahami karena dialog tokoh-tokoh yang satu dilengkapi oleh tokoh yang lain.

b. Mendengarkan (Menyimak Drama)

Teks drama dapat juga dibaca didepan kelas oleh beberapa murid, sedang murid lainnyamendengarkan, mencatat tema dan isinya, dan berusaha untuk dapat menggapai hasil kegiatan mendengarkan itu.

c. Menulis

Menulis yang berkaitan dengan pengajaran drama dapat berupa menulis teks drama sederhana, ataupun menulis resensi teks drama.

d. Wicara

Latihan wicara dapat dilaksanakan dengan menceritakan isi singkat drama didepan kelas dan pendramaan teks drama dengan pendramaan itu, dapat dibina kelancaran berbicara. Latihan wicara itu dapat juga dilakukan dengan pengkasetan dialog seperti dalam drama radio.



C. Manfaat dari Pembelajaran Drama

Pementasan naskah drama bila dikaji lebih jauh akan memberikan beberapa manfaat bagi siswa. Pertama, siswa akan belajar memahami heterogenitas budaya (multikulturalisme) yang tercermin dalam sebuah pementasan, baik yang berwujud ide, benda dan kebiasaan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa teks drama merupakan cerminan dari hasil budaya yang lahir dan berkembang dalam negara dan bangsa tertentu dengan etnis dan sukunya. Filosofi dan keunikan sebuah budaya akan terlihat dalam kostum, kebiasaan dan tradisi yang ditampilkan oleh aktor, dan dari properti dan dekorasi panggung. Teks drama yang dipentaskan selalu menghadirkan protret kebudayaan dan peradapan manusia yang pasti sedikit banyak mempengaruhi pikiran dan perasaan aktor dan juga para penonton.

Kedua, siswa akan lebih memiliki rasa percaya diri terutama ketika berhadapan dengan publik. Beban psikologis untuk berbicara, beraktualisasi, dan bertindak dihadapan orang banyak dengan sendirinya akan terkikis melalui serangkaian proses bersama yang dijalani dalam bermain drama. Rasa canggung dan minder akan hilang secara perlahan ketika siswa berada diatas panggung, dan melalui dorongan dan motivasi guru dan teman-temannya, mereka dilatih untuk tidak ragu-ragu lagi memerankan tokoh dalam naskah drama.

Ketiga, siswa akan mendapat kesempatan luas untuk bersosialisasi dan meningkatkan kemampuan dalam mengorganisasikan kerja tim. Hal ini tidak terlepas dari kompleksitas sumber daya yang dibutuhkan dalam pementasan mulai dari pemain, sutradara, penata rias, penata musik dan tim artistik panggung. Kerjasama dalam proses mengangkat teks tertulis dalam sebuah pertunjukan ini diharapkan akan memberi ruang bagi siswa untuk tidak hanya sekedar mengenal berbagai karakter anggota kelompok tetapijuaga meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam manajemen, khususnya seni pertunjukan.



D. Media Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Kegiatan Drama

Bahasa Inggris sering dianggap sebagai pelajaran yang paling menakutkan dan sulit untuk dipelajari karena antara pengucapan (pronunciation) dan tulisan (writing) berbeda. Namun jika menggunakan media pembelajaran yang tepat mungkinakan lebih mudah bagi siswa untuk memahami atau belajar Bahasa Inggris. Media pembelajaran Bahasa Inggris yang cukup bermanfaat untuk pemahaman siswa adalah melalui kegiatan drama. Peserta didik sering mengalami kesulitan untuk berbicara (speaking). Kesulitan berbicara biasanya disebabkan:

1. Kesulitan mengungkapkan ide; sehingga peserta didik bingung apa yang akan mereka tampilkan.

2. Terbatasnya kosakata (vocabulary) dan grammar (tata bahasa); sehingga peserta didik sulit berbicara dengan lancar dan berterima.

3. Keterbatasan melafalkan/mengucapkan kata-kata (pronunciation); sehingga sulit mengucapkan kata dengan benar.

4. Tidak adanya keberanian berbicara karena takut salah.



Agar para siswa dapat berbicara dalam bahasa inggris, bisa dicoba pembelajaran melalui drama dengan teknik pembelajaran sebagai berikut:

1. Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri atas 5-6 orang secara heterogen berdasarkan kemampuan.

2. Ambil sebuah cerita dan bagi menjadi penggalan-penggalan cerita. Setiap kelompok mendapatkan satu penggalan cerita tersebut.

3. Secara berurutan, setiap kelompok memerankan penggalan cerita tersebut maksimal 10 menit.



Aspek-aspek penilaian speaking secara individu dengan memperhatikan:

1. Intonasi (Intonation)

2. Pengucapan (Pronunciation)

3. Tata bahasa (Grammar)

4. Kelancaran berbicara (Fluency)

5. Gaya bahasa (Diction)
Next Prev